Kisah Pemuda yang Ditunggu Bidadari Bermata Jelita

Gambar : Pinterest

 Kisah ini diceritakan oleh Abdul Wahid bin Zaid. Seorang laki-laki soleh yang pernah menerima pendidikan dari imam Ibnu Hanifah.

Pada saat itu beliau sedang duduk di majelisnya bersama sekelompok rekannya yang akan pergi ke medan perang.

Ketika mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba seorang lelaki membacakan sebuah ayat Al-Qur'an yang artinya "Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan surga." (Qs. At-Taubah : 111).

Setelah mendengar bunyi ayat itu, Abdul Wahid menimpalinya "Benar wahai sahabatku."

Tidak lama setelah itu, rombongan perang Abdul Wahid ini berangkat menuju medan perang. Selama perjalanan, laki-laki yang membaca Surah At-Taubat tadi tidak pernah melewatkan puasa dan qiyamullail.

Singkat cerita setelah sampai di wilayah Romawi, laki-laki itu tertidur. Ketika ia bangun, tiba-tiba ia berkata pada Abdul Wahid "Wahai sahabatku, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan bidadari bermata jelita."

Abdul Wahid menimpalinya "Sepertinya kamu sudah mulai linglung."

Laki-laki itu berkata lagi "Wahai Abdul Wahid, sungguh aku sangat rindu pada bidadari bermata jelita." 

Lalu Abdul Wahid bertanya padanya "Wahai sahabatku, Siapakah gerangan bidadari bermata jelita itu?"

Laki-laki itu menjawab "Pada saat aku tidur, ada seseorang yang berkata padaku "pergilah kamu, temui bidadari bermata jelita." Kemudian laki-laki itu mendorongku hingga sampai di sungai yang jernih airnya. Disana aku melihat bidadari-bidadari cantik yang memakai perhiasan indah. Lalu aku bertanya pada mereka "Assalamualaikum, apakah diantara kalian ada bidadari bermata jelita?"

Salah seorang dari bidadari-bidadari cantik itu menjawab "Waalaikumussalam, tidak ada. Kami hanyalah pelayan dan pembantu bidadari bermata jelita, silahkan maju terus."

Aku pun melanjutkan perjalananku hingga sampai di sebuah sungai yang mengalirkan air susu. Disana ada taman yang diisi berbagai perhiasan indah dan ada bidadari-bidadari yang sangat cantik yang membuatku terpesona. Lalu aku bertanya hal yang sama pada mereka, namun mereka masih pelayan dan pembantu bidadari bermata jelita. 

Aku pun melanjutkan perjalananku hingga sampai di sebuah sungai yang mengalirkan khamr. Disana aku melihat bidadari-bidadari sangat cantik yang membuatku lupa akan kecantikan bidadari-bidadari sebelumnya. Lalu aku bertanya hal yang sama pada mereka, namun mereka masih pelayan dan pembantu bidadari bermata jelita. 

Aku pun melanjutkan perjalananku hingga sampai di sebuah sungai yang mengalirkan madu asli. Disana aku melihat bidadari-bidadari sangat cantik, wajahnya berkilauan dan membuatku lupa akan kecantikan bidadari-bidadari sebelumnya. Lalu aku bertanya hal yang sama pada mereka, namun mereka masih pelayan dan pembantu bidadari bermata jelita. 

Aku pun melanjutkan perjalananku hingga sampai di depan sebuah tenda yang terbuat dari mutiara yang dilubangi. Disana aku melihat seorang bidadari yang amat cantik dengan perhiasan yang sangat indah. Ketika bidadari itu melihatku, dia berteriak ke arah tenda itu "Wahai bidadari bermata jelita, suamimu telah datang."

Aku pun berjalan ke dalam tenda itu. Ketika aku sudah berada didalamnya, aku melihat seorang bidadari yang amat sangat cantik dan bermata jelita. Bidadari itu sedang duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas, bertahta intan dan berlian. Ketika aku melihatnya, aku terpesona. Sementara itu ia menyambutku dengan berkata "Wahai waliyurrahman, kemarilah! hampir tiba saatnya kita bertemu."

Mendengar itu, aku pun berlari untuk memeluknya. Namun ketika aku akan memeluknya, tiba-tiba ia berkata "Sebentar-sebentar! belum saatnya kau memelukku, karena di dalam tubuhmu masih ada ruh kehidupan. Sabarlah, sebentar lagi kita akan berbuka puasa di kediamanku, insyaAllah."

Seketika, aku terbangun dari tidurku."

Ketika laki-laki itu hendak menyelesaikan cerita mimpinya itu. Tiba-tiba sekelompok musuh datang menyerang. Laki-laki itu segera bangkit mengambil pedangnya dan berhasil membunuh 9 orang musuh hingga orang ke 10 nya adalah dirinya sendiri yang terbunuh. 

Setelah peperang selesai, Abdul Wahid melihat jasad laki-laki sahabatnya itu. Tubuhnya berlumuran darah sementara bibirnya tersenyum lebar. MasyaAllah.
wallahua'lambisshowab.

Komentar

Baca juga